Jumat, 10 Februari 2017

Sistem Penggolongan Darah Rhesus

Sistem Penggolongan Darah Rhesus
Sistem penggolongan ini membagi golongan darah manusia menjadi dua, yaitu Rhesus Positif (Rh +) dan Rhesus Negatif (Rh-). Pembeda kedua jenis golongan darah ini ialah dengan memperhatikan faktor Rh, berarti darah seseorang dibedakan berdasarkan ada tidaknya Antigen-Rh dalam eritrositnya.

Istilah Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali dikemukakan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset tersebut digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan Cina.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D).
Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).
Bagaimana Sejarah Ditemukannya Sistem Penggolongan Darah Rhesus ??
Jauh sebelum sistem golongan darah Rhesus ditemukan, telah dikenal gejala klinis yang disebut dengan Hydrops fetalis,  Jaundice dan Kernicterus.  Umumnya, bayi meninggal beberapa hari sesudah dilahirkan.
Pada tahun 1921, Von Gierke mengemukakan pendapatnya bahwa hydrops fetalis, jaundice dan kernicterus mungkin bukanlah beberapa hal yang berdiri sendiri, melainkan suatu perjalanan penyakit karena suatu penyebab.
Pada saat itu telah diketahui bahwa pada kasus hydrops fetalis, jaundice dan kernicterus, janin/bayi yang menderita penyakit ini juga mengalamianemia berat, dan pada pemeriksaan laboratorium terlihat  hemolisis serta adanya peningkatan jumlah eritroblast yang sangat tinggi.
Pada tahun 1932, Diamond dkk menyatakan bahwa hydrops fetalis, jaundice, kernicterus, serta hemolisis di masukkan  ke dalam satu proses patologik yang dinamakan Erythroblastosis fetalis. Sekarang, Erythroblastosis fetalis dinamakan Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) atau Hemolytic Disease of the Fetus and Newborn (HDFN).
Selama beberapa tahun, penyebab hemolisis belum diketahui, sampai akhirnya pada tahun 1938, Darrow mengemukakan usulan bahwa patomekanisme dari erythroblastosis fetalis adalah reaksi antigen-antibodi. Darrow memperkirakan hemoglobin janin dianggap sebagai imunogen bagi ibu, sehingga sistem imun ibu memproduksi antibodi terhadap sel darah merah janin.
Dengan adanya antibodi ibu terhadap sel darah merah janin maka terjadilah respon imun yang melisiskan sel darah merah janin. Pendapat Darrow pada waktu itu bahwa reaksi antigen-antibodi merupakan dasar terjadinya  erythroblastosis fetalis memang masih merupakan teori, namun pendapat itu sudah merupakan koreksi terhadap pendapat sebelumnya.
Pada tahun 1939, Levine dan Stetson melaporkan tentang seorang ibu yang mengalami dua kejadian yaitu reaksi transfusi setelah mendapat transfusi darah dari suaminya, dan janin/bayi si ibu mengalami HDN. Si ibu mengalami reaksi transfusi yang sekarang dikenal dengan nama Acute Hemolytic Transfusion Reaction (reaksi hemolisis akut karena transfusi).
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa si ibu ternyata membentuk antibodi terhadap sel darah merah suaminya, namun belum diketahui jenis antigen apa pada sel darah merah suaminya yang dikenali oleh antibodi ibu.
Dari pemeriksaan ini, reaksi transfusi yang terjadi pada si ibu telah dapat diterangkan, tetapi mengapa terjadi HDN belum dapat dijelaskan. Pada saat itu, adanya antibodi ibu terhadap sel darah merah suaminya belum dikaitkan dengan kasus HDN yang terjadi. Apalagi beberapa waktu sesudah kejadian itu, didapatkan si ibu tidak memproduksi lagi antibodi terhadap sel darah merah suaminya. Kejadian ini berlalu tanpa dikaitkan dengan HDN yang terjadi, dan dianggap sebagai kejadian yang terpisah.
Di tahun 1940 dan 1941, Landsteiner dan Weiner mendeskripsikan eksperimen yang mereka lakukan pada guinea pigs dan kelinci. Eksperimen tersebut adalah sebagai berikut:
  • Mereka mengimunisasi / menyuntikkan sel darah merah kera rhesus ke guinea pigs dan kelinci. Dengan imunisasi ini maka guinea pigs dan kelinci membentuk antibodi terhadap sel darah merah kera Rhesus (oleh penelitinya antibodi ini dinamakan anti-Rhesus).
  • Anti-Rhesus  ini diambil dan direaksikan / dicampur dengan sel darah manusia dari berbagai individu.
  • Reaksi dari campuran tersebut diamati, positif ataunegatif. Disebut reaksi positif,  bila sel darah merah manusia menjadi lisis dan disebut reaksi negatif bila sel darah merah manusia tidak lisis. Ternyata, 85% eksperimen menunjukkan reaksi positif. Dengan demikian disimpulkan bahwa anti-Rhesus juga bereaksi terhadap sel darah merah manusia. Dengan kata lain, pada sebagian besar sel darah manusia terdapat antigen yang dikenali oleh anti-Rhesus. Sel darah merah yang TIDAK lisis (15%) berarti tidak mempunyai antigen yang dikenali oleh antibodi tersebut (gambar 1). Di dunia, populasi dengan Rhesus (+), 85% populasi berada di Eropa Barat dan Amerika Utara.
https://static.wixstatic.com/media/b0bcc6_eff2561f14ee4fcd8b7b521a7ee5bd73.png/v1/fill/w_509,h_346,al_c,lg_1/b0bcc6_eff2561f14ee4fcd8b7b521a7ee5bd73.png
Antigen yang dikenali oleh anti-Rhesus disebut dengan antigen Rhesus. Dengan demikian pada sel darah manusia terdapat antigen yang sama dengan yang terdapat pada sel darah merah kera rhesus yaitu antigen Rhesus. Sel darah merah manusia yang mempunyai antigen Rhesus akan lisis bila direaksikan dengan anti-Rhesus, tetapi sel darah merah manusia yang tidak mempunyai antigen Rhesus tidak akan lisis bila direaksikan dengan anti-Rhesus (gambar 1).
Jadi sejak saat itu diketahui bahwa berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
  • Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).
  • Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).
Apakah Penggolongan Darah ini Dipengaruhi Faktor Genetik ?
Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini, bersifat herediter yang diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r. R dominan terhadap r, sehingga terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen dominan R. Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rr.
Wiener menyatakan bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh satu seri alel yang terdiri dari 8 alel. Hal ini didasarkan pada kenyataan tidak semua orang Rh+ mempunyai antigen-Rh yang sama, begitu juga dengan orang Rh-. Kedelapan alel tersebut yaitu: (1) Rh+, alel-alelnya RZ , R1 , R2 , R0 dan (2) Rh-, alel-alelnya ry, r’, r”, r
Peneliti lain yaitu R.R. Race dan R.A. Fisher berpendapat bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh 3 pasang gen (C, D, dan E). Gen-gen ini bukan alel, tetapi terangkai amat berdekatan satu sama lain dan ketiga gen ini dominan terhadap alelnya c, d, dan e.
Ada tidaknya antigen-Rh dalam eritrosit seseorang ditentukan oleh gen D. Orang Rh+ mempunyai gen D dan bergenotip CDE atau cDe , dan sebagainya. Orang Rh-, tidak mempunyai gen D dan genotipnya dapat ditulis cdE atau CdE. Ketiga sistem tersebut tetap berlaku karena belum dapat dipastikan sistem mana yang benar sampai sekarang
Apakah Peranan Faktor Rhesus dalam Kehidupan Sehari-hari?
Faktor Rh dalam darah seseorang mempunyai arti penting dalam klinik. Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai anti-Rh dapat distimulir (dipacu) untuk membentuk anti-Rh. Pembentukan anti-Rh ini dapat melalui :
1. Transfusi Darah.
Contoh kasus ini misalnya pada seorang perempuan Rh- yang kerena sesuatu hal harus ditolong dengan transfusi darah. Darah donor kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-Rh. Antigen-Rh ini akan dipandang sebagai protein asing, sehingga perempuan itu akan distimulir membentuk anti-Rh.
Serum darah perempuan yang semula bersih dari anti-Rh akan mengandung anti-Rh. Anti-Rh akan terus bertambah jika transfusi dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan membuat darah yang mengandung antigen-Rh menjadi menggumpal sehingga perempuan Rh- tersebut tidak bisa menerima darah dari orang Rh+.
Orang Rh- harus selalu ditransfusi dengan darah Rh-. Seseorang yang akan melakukan transfuse, jadi sebaiknya selain memeriksa golongan darah dengan sistem ABO juga harus memeriksakan faktor Rhnya.
2. Perkawinan.
Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan Rh- (genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+ (bergenotip homozigotik RR) dan perempuan tersebut hamil. Janin dari pasangan ini tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari ayahnya.
Sebagian kecil darah janin yang mengandung antigen-Rh tersebut akan menembus plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk membentuk anti-Rh, sehingga darah ibu yang mengalir kembali ke janin mengandung anti-Rh.
Anti-Rh ini akan merusak sel darah merah janin yang mengandung antigen-Rh, sehingga janin akan mengalami hemolisis eritrosit. Hemolisis eritrosit akan menghasilkan bilirubin indirek yang bersifat tidak larut air, tetapi larut lemak dan tentunya akan meningkatkan kadar bilirubin darah janin.
Peningkatan ini dapat menyebabkan ikterus patologis yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan Kern ikterus, bila tidak segera ditangani.
Kern ikterus menyebabkkan suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus sub talamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Bayi yang mengalami kern ikterus biasanya mengalami kuning disekujur tubuhnya. Ada 2 kemungkinan bagi janin yang mengalami ketidakcocokan Rh ini, yaitu : Bayi pertama bisa selamat karena anti-Rh yang dibentuk oleh ibu itu masih sedikit, sedangkan bayi pada kehamilan kedua bisa meninggal, jika mengalami anemia berat. Penyakit seperti ini dikenal dengan nama Eritoblastosis fetalis.
Kejadian ini akan terulang pada waktu ibu hamil berikutnya. Bayi dapat juga hidup, tetapi biasanya akan mengalami cacat, lumpuh, dan retardasi mental.
Penjelasan Mengenai Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) 
Rangkaian kejadian yang dialami bayi tersebut, pada tahun 1941, ditulis oleh Levine dkk dalam suatu laporan lengkap tentang etiologi dari HDN. Dalam tulisannya dijelaskan bahwa hemolisis pada kasus HDN disebabkan antibodi ibu terhadap sel darah merah janin.
Antibodi ini menembus plasenta kemudian berikatan dengan sel darah merah janin, menimbulkan respon imun berikutnya, yang berakibat HDN. Dari berbagai studi termasuk studi literatur didapatkan bahwa antibodi pada HDN adalah antibodi yang dilaporkan oleh Landsteiner dan Weiner (yaitu anti-Rhesus).
Dengan demikian nampaklah benang merah bahwa HDN adalah suatu kondisi patologik yang didasari oleh reaksi antigen-antibodi. Antibodi yang berperanan disebut anti-Rhesus, dan antigennya disebut dengan antigen Rhesus.
Sel darah merah janin mempunyai antigen Rhesus, sedangkan sel darah merah ibu tidak mempunyai antigen Rhesus, sehingga antigen Rhesus merupakan benda asing bagi ibu. Antigen Rhesus ini merangsang sistem imun ibu untuk membentuk anti-Rhesus, yang dapat menembus plasenta dan berikatan dengan sel darah merah janin.
Setelah memahami penjelasan di atas, kita tahu bahwa Rhesus juga tak kalah penting dengan sistem penggolongan darah A-B-O. Untuk itu, menjadi penting untuk kita mengetahui Rhesus sedini mungkin.
Satu lagi yang ingin saya bahas mengenai Rhesus, yaitu penjelasan mengenai Rhesus Negatif yang hingga saat ini masih menjadi tanda tanya besar bagi sejumlah ilmuwan. Penjelasan tersebut akan saya bahas di artikel berikutnya.



Darah manusia dapat dikelompokkan (digolongkan) berdasarkan atas ada tidaknya antigen yang terdapat pada permukaan luar membran sel darah merah (eritrosit). Antigen yang dimaksud
dinamakan aglutinogen. Antigen sel darah merah merupakan suatu bagian berupa glikoprotein atau glikolipid yang bersifat genetis. Antigen yang telah dikenali pada sel darah merah yaitu antigen A dan antigen B.
      Di dalam plasma darah terdapat antibodi yang disebut aglutinin. Aglutinin merupakan antibodi yang bereaksi dengan antigen dan terdapat pada permukaan sel darah merah. Sesuai jenis
aglutinogen, ada dua jenis aglutinin yaitu aglutinin (anti-A) dan aglutinin (anti-B). Jika kedua aglutinin ini bereaksi dengan antigen, sel darah merah akan menggumpal satu sama lain atau mengalami lisis. Proses yang demikian dinamakan aglutinasi (penggumpalan darah).
       Ahli ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943), mengelompokkan golongan darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB dan O atau 0
(nol). Penggolongan darah semacam ini dinamakan sistem ABO atau AB0, Selain sistem ini, darah dapat juga digolongkan dalam sistem Rhesus (Rh).

a) Penggolongan Darah Sistem ABO
      Sel darah merah ada yang memiliki antigen A, antigen B, dan antigen A,B. Tetapi ada juga sel darah merah yang tidak memiliki antigen A maupun B. Sel darah ini hanya memiliki aglutinin pada plasma darahnya saja.
Seseorang akan memiliki golongan darah A, bila sel darah merahnya memiliki antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin (anti-B). Seseorang akan bergolongan darah B, bila sel darah merahnya memiliki antigen Ba) Penggolongan Darah Sistem ABO Sel darah merah ada yang memiliki antigen A, antigen B, dan antigen A,B. Tetapi ada juga sel darah merah yang tidak memiliki antigen A maupun B. Sel darah ini hanya memiliki aglutinin pada plasma darahnya saja.
Seseorang akan memiliki golongan darah A, bila sel darah merahnya memiliki antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin (anti-B). Seseorang akan bergolongan darah B, bila sel darah merahnya memiliki antigen B dan plasma darahnya memiliki aglutinin (anti-A). Kemudian, orang akan bergolongan darah AB, jika sel darah merahnya memiliki antigen A dan B, tetapi dalam plasma
darahnya tidak memiliki aglutinin dan . Sementara, orang akan bergolongan darah O atau 0, bila sel darah merahnya tidak memiliki antigen A dan B, hanya dalam plasma darahnya memiliki aglutinin dan aglutinin .
Supaya kita lebih paham, coba kalian perhatikan tabel berikut:
1em;">https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinnDbUVNE5luo-Nn0k4qlUa_zvw-MXJB4G2o7Ywawtp-H2YS74fPfhnhLiaMBOOfzKW-MY9FhgX-pNvOZBTKPmTFTKgayY_AiCxBawkOJe5gRWeougdBkuDUPuVOSq0GEbDRWkPlqKMME/s1600/darah+ABO.png       Apabila sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan serum darahnya membuat aglutinin , maka orang tersebut mempunyai golongan darah A.
Sebaliknya, apabila sel darah merah seseorang mengan dung aglutinogen B dan serum darahnya membuat aglutinin , maka orang tersebut dikategorikan golongan darah B. Kemudian, apabila sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan B, sementara serum darah tidak dapat membuat aglutinin maupun , maka orang tersebut mempunyai golongan darah AB. Sebaliknya, bila sel darah merah seseorang tidak mengandung aglutinogen A dan B, sementara serum darahnya dapat membuat aglutinin dan , maka orang tersebut mempunyai golongan darah O atau 0.

b) Golongan Darah Sistem Rhesus (Rh)
       Selain sistem ABO, dalam penentuan golongan darah manusia dapat pula menggunakan sistem Rhesus (Rh). Reshus atau Rh merupakan antigen lain yang terdapat pada sel darah merah. Istilah Rh berasal dari “rhesus”, karena antigen ini pertama kali ditemukan tahun 1940 oleh Landsteiner dan = A.S. Wenner di dalam darah kera Mocacus rhesus. Sel darah yang memiliki antigen Rh disebut Rh+
(Rhesus positif ), sedangkan yang tidak memiliki antigen Rh disebut Rh- (Rhesus negatif ).
Apabila orang yang memiliki darah Rh negatif ditransfusi dengan darah Rh positif (Rh+), orang bergolongan darah Rh negatif (Rh-) tersebut dengan segera akan membentuk antibodi anti-Rh, sehingga terjadi aglutinasi darah.
       Masalah akan timbul jika seorang ibu berdarah Rh negatif mengandung bayi dengan darah Rh positif. Meskipun sistem peredaran darah ibu dan anak terpisah, namun acapkali ada sedikit sel-sel darah yang masuk pada sistem peredaran darah ibu melalui plasenta. Kejadian ini biasanya terjadi pada saat terakhir kehamilan.
Untuk merespons sel darah yang asing tersebut, darah ibu akan membentuk antibodi. Antibodi tersebut masuk ke dalam sistem peredaran darah bayi melalui plasenta. Darah bayi merupakan protein asing (antigen) bagi antibodi, sehingga antibodi akan bereaksi terhadap darah bayi, akibatnya terjadi aglutinasi. Adanya aglutinasi dalam sel darah akan menyebabkan anemia, dan nama penyakit tersebut dinamakan eritroblastosis foetalis. Apabila penyakit ini tidak bisa ditangani, bayi bisa mengalami kematian.
Tabel Golongan Darah Rhesus dengan Antigen/Aglutinogen dan Aglutinin/Antibodi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7AcnN6NeiXSt5LhMvJ-D3DxhZxlojNpFNoxXVQcay_J3584GjZOtMFjDrI_perwB8QQIle6b51-JxL9OK8Be-zy4ZGtr53Nw1ECPQ2c8nALFRbZCUfJA3OcDsjn4kGuM4AaQHBrNRxMk/s1600/Darah+Rhesus.png










Pemahaman tentang golongan darah A,B,O,AB & Rhesus Rh+ Rh-
https://www.facebook.com/rsrc.php/v3/yB/r/-pz5JhcNQ9P.png
Di Indonesia, kita masih sering mendengar/mempercayai mitos-mitos atau salah paham tentang golongan darah, seperti :

“Golongan darah anak harus sama dengan golongan darah salah satu orangtua”
“Golongan darah anak perempuan ikut ayah, golongan darah anak laki-laki ikut ibu”
“Golongan darah O lebih kuat daripada golongan darah lain”
“Darah yang berwarna gelap berarti golongan darah O”

Tidak ada satupun mitos di atas yang benar. Salah satu komplikasi dari mitos ini adalah memicu pertengkaran suami isteri jika memiliki anak yang berbeda golongan darah dengan salah satu atau kedua orangtuanya ; sang suami mencurigai sang isteri, atau menuduh sang isteri telah berselingkuh.

Sebenarnya pemahaman terhadap golongan darah telah kita pelajari di bangku SMA, tapi banyak di antara kita yang melupakannya dan akhirnya sebagian dari kita terpengaruh oleh mitos-mitos yang ada.

A, B, O, AB

Ada beberapa sistem penggolongan darah. Yang paling umum dipakai adalah sistem ABO dan sistem Rhesus..

Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh ayah dan gen yang diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan golongan darah mengikuti hukum Mendel. Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip (genotype), terdiri dari genotip A, B, dan O.
Perpaduan gen O dan gen O menghasilkan golongan darah O.
Perpaduan gen A dan gen O menghasilkan golongan darah A.
Perpaduan gen A dan gen A menghasilkan golongan darah A.
Perpaduan gen B dan gen O menghasilkan golongan darah B.
Perpaduan gen B dan gen B menghasilkan golongan darah B.
Perpaduan gen A dan gen B menghasilkan golongan darah AB.
Dengan kata lain :

Jika kita bergolongan darah O, kita hanya mempunyai gen O.
Jika kita bergolongan darah A, kita mungkin mempunyai gen A saja, atau mempunyai gen A dan gen O.
Jika kita bergolongan darah B, kita mungkin mempunyai gen B saja, atau mempunyai gen B dan gen O.
Jika kita bergolongan darah AB, kita mempunyai gen A dan gen B.

Orang yang bergolongan darah A, jika menerima gen A dan gen A dari kedua orangtuanya, disebut homozigot ; jika menerima gen A dan gen O dari kedua orangtuanya, disebut heterozigot.

Orang yang bergolongan darah B, jika menerima gen B dan gen B dari kedua orangtuanya, disebut homozigot ; jika menerima gen B dan gen O dari kedua orangtuanya, disebut heterozigot.

Orang yang bergolongan darah O hanya mewariskan gen O untuk keturunannya.

Orang yang bergolongan darah A bisa mewariskan gen A atau gen O untuk keturunannya.

Orang yang bergolongan darah B bisa mewariskan gen B atau gen O untuk keturunannya.

Orang yang bergolongan darah AB bisa mewariskan gen A atau gen B untuk keturunannya.

Oleh karena itu :

Orangtua golongan O dan O, menghasilkan anak golongan O.
Orangtua golongan O dan A, menghasilkan anak golongan O atau golongan A.
Orangtua golongan O dan B, menghasilkan anak golongan O atau golongan B.
Orangtua golongan O dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan B.
Orangtua golongan A dan A, menghasilkan anak golongan A atau golongan O.
Orangtua golongan. A dan B, menghasilkan anak golongan A atau golongan B atau golongan AB atau golongan O.
Orangtua golongan A dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan AB atau golongan B.
Orangtua golongan B dan B, menghasilkan anak golongan B atau golongan O.
Orangtua golongan B dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan AB atau golongan B.
Orangtua golongan AB dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan B atau golongan AB.

Jika kita sudah mengerti semua penjelasan di atas, kita tahu bahwa golongan darah anak tidak selalu sama dengan salah satu orangtua, kecuali untuk pasangan O dan O, pasangan O dan A, dan pasangan O dan B.

Kuat tidaknya seseorang sama sekali tidak ditentukan oleh golongan darah. Ada banyak faktor yang menentukan kesehatan fisik kita, termasuk kadar Haemoglobin (Hb), jumlah sel darah merah (Eritrosit), jumlah dan komposisi sel darah putih (Lekosit), jumlah sel darah pembeku (Trombosit), dan masih banyak indikator lain yang menentukan kesehatan seseorang. Yang jelas, golongan darah tidak menentukan sehat tidaknya seseorang.

Sebagian orang masih percaya pada mitos bahwa darah yang berwarna merah gelap berarti golongan darah O. Ini sepenuhnya salah. Warna darah sangat ditentukan oleh kadar Hb, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, kadar gula darah dan lain-lain, termasuk racun rokok. Warna darah tidak menentukan golongan darah.
Rhesus : Rh+ atau Rh-
Sistem lain yang sangat penting adalah sistem Rhesus. Penggolongan jenis ini didasarkan atas ada tidaknya antibodi kita terhadap sejenis protein dalam darah kera spesies Macacus rhesus. Jika darah seseorang bereaksi (membentuk gumpalan), ia tergolong Rhesus positif (Rh+). Jika darah seseorang tidak bereaksi, ia tergolong Rhesus negatif (Rh-). Mayoritas ras kita bergolongan Rh+. Tapi penggolongan ini hanya bisa dipastikan dari pemeriksaan darah seperti halnya golongan ABO.
Sistem ABO dan Rhesus sudah menjadi standar penggolongan darah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sehingga lengkapnya kita mengenal golongan-golongan darah sebagai berikut :
Golongan O, Rh+
Golongan O, Rh-
Golongan A, Rh+
Golongan A, Rh-
Golongan B, Rh+
Golongan B, Rh-
Golongan AB, Rh+
Golongan AB, Rh-
Orang yang bergolongan Rh- tidak boleh menerima darah bergolongan Rh+, karena bisa menimbulkan efek fatal/kematian. Jadi, walaupun penerima dan donor sama-sama bergolongan A, sama-sama bergolongan B, sama-sama bergolongan O, sama-sama bergolongan AB, tapi penerima bergolongan Rh- tidak boleh menerima donor yang bergolongan Rh+ ; hanya boleh menerima donor yang juga bergolongan Rh-. Sedangkan penerima yang bergolongan Rh+ boleh menerima donor bergolongan Rh-.
Golongan darah : Jangan asal tebak di KTP

Dalam kenyataan sehari-hari, di Indonesia masih sangat banyak orang yang tidak pernah memeriksa golongan darahnya. Banyak di antara kita yang asal menebak golongan darah ketika harus mengisi data resmi seperti di KTP (Kartu Tanda Penduduk). Sesungguhnya hal ini sangat berbahaya. Jika di suatu saat kita membutuhkan darah donor, ketidakcocokan darah kita dengan darah donor bisa menimbulkan efek fatal/kematian.

Saat ini hampir semua puskesmas dan bidan desa di seluruh Indonesia telah dilengkapi dengan alat dan bahan pemeriksaan golongan darah. Mengingat pentingnya kita mengetahui golongan darah kita, ada baiknya setiap orang di negeri ini mengetahui golongan darah masing-masing. Pemeriksaan golongan darah hanya butuh waktu singkat, tidak lebih dari 15 menit. Saat ini biaya pemeriksaan golongan darah di fasilitas laboratorium swasta berkisar antara Rp35.000,- sampai Rp50.000,-.

Golongan darah kita bersifat tetap, tidak bisa berubah-ubah. Jika seseorang pernah mendapati golongan darahnya berbeda dalam dua kali pemeriksaan, berarti ada salah satu pemeriksaan yang salah.

Semoga penjelasan di atas bisa memberikan kita pemahaman yang benar tentang golongan darah. Periksa dan ketahuilah golongan darah kita masing-masing.

Sumber : Kompasiana


Obat Herbal Penyakit Vertigo

penyembuhan penyakit vertigo secara herbal dengan Ace Max's jus kulit manggis
Obat Herbal Untuk Penyakit Vertigo
bagaimana cara  penyembuhan penyakit vertigo secara herbal dengan Ace Max’s jus kulit manggis.  Ace max’s adalah obat herbal Vertigo yang multikhasiat dapat menyembuhkan penyakit-penyakit yang susah sekali di sembuhkan apa saja kandungan yang dimiliki obat herbal ini di artikel ini saya akan menyjelaskan nya. cekidot …
Menganal Penyakit Vertigo
Vertigo merupakan salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam, dan dengan adanya gangguan ini dapat menyebabkan seseorang merasa pusing dlm keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi seolah olah berputar. Penyakit Vertigo menyebabkan ketidakseimbangan di dalam tonusvestibular. Dan penyakit vertigo dapat terjadi akibat hilangnya perifer disebabkan oleh kerusakan labirin dan saraf vestibular.
Vertigo bukan merupakan sebuah penyakit namun lebih kepada gejala yang mengindikasikan adanya penyakit tertentu. Setidaknya ada sekitar 10 penyakit yang ditandai dengan gejal vertigo. Vertigo itu sendiri adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.
Penyebab Dari Penyakit Vertigo Itu Sendiri
  1. keadaan lingkungan
  2. obat-obatan
  3. kelainan sirkulasi
  4. kelainan di telinga
  5. atau kelainan neurologis.
Beberapa faktor yang menyebabkan vertigo antara lain karena serangan migren, radang pada leher, mabuk kendaraan, infeksi bakteri pada alat pendengaran dan kekurangan asupan oksigen ke otak. Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar atau penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.
Gejala Penyakit Vertigo
  • Mengalami Pusing yang luar biasa
  • Kepala serasa ringan
  • Rasa terapung, terayun dan melayang
  • Sering Mual
  • Keluar Keringat dingin
  • Wajah Pucat
  • Muntah-muntah
  • Sempoyongan ketika berdiri dan berjalan
  • Nistagmus ( gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah)
Obat herbal ampuh untuk menangani penyakit vertigo dengan cara herbal aman tanpa efek samping
Obat Herbal Vertigo Ekstrak Kulit manggis telah banyak di uji oleh para ahli dan membenarkan bahwa kandungan yang terdapat pada ekstra kulit manggis mampu menjadi solusi penymbuhan berbagai macam penyakit. memang apa sih kandungan yang terkandung di dalamnya ? simak penjelasannya di sini.
1. Ekstak Kulit manggis
kulit buah manggis dalam obat herbal vertigo Ace maxs ini sangat kaya akan vitamin B1, B2 dan C, serta kalsium, potassium, sodiumdan zat besi. Manggis juga mengandung XANTHONE, mangostin, garsinon, flavonoid, epicatechin, spingomyolinase dan gartanin. Dalam kulit buahnya, kandungan XANTHONE yang tertinggi, yaitu 40 persen. Dengan kandungan XANTHONE yang tinggi(123,97 mg/ml), dalam kulit buah manggis yang mana dapat membunuh bakteri-bakteri penyebab penyakit dan memperbaiki sel yang telah rusak serta melindungi sel-sel di dalam tubuh. Xanthone merupakan antioksidan tingkat tinggi. Nilainya mecapai 17.000-20.000 ORAC per 100 ons (sekitar 2.835 gram kulit), lebih besar dari wortel dan jeruk yang kadar ORAC-nya hanya 300 dan 2.400. ORAC sendiri merupakan singkatan Oxygen Radical Absorbance Capacity, adalah kemampuan antioksidan menetralkan radikal bebas.. XANTHONE memiliki manfaat sebagai pengobatan untuk penyakit jantung, aterosklorosis (plak di pembuluh darah), hipertensi dan trombosis. selain itu kulit manggis juga mengandung antioksidan yanng mampu menetralkan radikal bebas dalam tubuh kita.
Xanthone memiliki gugus hidroksi (OH) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh serta membantu mengobati dan mencegah penyakit degeneratif. Di alam, senyawa xanthone hanya ditemukan pada famili clusiceae dan gentianaceae. Dari sekitar 200 jenis xanthone yang diisolasi dari alam, sebanyak 40 jenis ditemukan pada manggis dan paling banyak terdapat pada bagian kulitnya.
Ace Max’s tidak hanya terbuat dari ekstrak kulit manggis melainkan juga di padukan dengan ektrak daun sirsak, bunga rosella hitam, madu dan buah”an lain sepagai pelengakp rasa dan pengawet alami. dan berikut ulasannya.
2. Daun Sirsak
Di dalam daun sirsak terdapat senyawa acetogenin yang berkhasiat dalam penyembuhna penyakit kanker. Zat ini memiliki daya kerja 10.000 kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi moderen yang dapat membunuh sel kanker secara selektif yakni hanya merusak dan membunuh sel kanker saja tanpa merusak sel tubuh yang sehat. Selain itu, zat ini dapat mengatasi kanker tanpa menyebabkan rasa mual ekstrim, kehilangan berat badan dan rambut rontok. Daun sirsak dapat membunuh sel-sel ganas dalam tubuh.
Penelitian terkait penggunaan daun sirsak :
Daun sirsak terbukti aktif dalam menumpas sel kanker di dalam tubuh, dimana zat aktif bernama acetogenin terbukti ampuh dalam mengobati kanker antara lain : kanker prostate, kanker pancreas, kanker leukemia, kanker kolon, kanker paru – paru, kanker payudaradan berbagai sel kanker lainnya.
Sirsak mampu meningkatkan sekresi insulin sehingga mampu menormalkan kadar gula darah dan meningkatkan produksi antioksidan endogenyang membantu tubuh dalam menetralkan sel kanker.

3. Bunga rosella Hitam
Dalam kandungan bunga rosella terdapat senyawa yang mampu meluruhkan kolesterol jahat dalam darah. Kadar antioksidan dan vitamin C, D dan B1 , B2, asam amino pada calyx rosella sangat tinggi sehingga bisa menjaga stamina tubuh. senyawa dalam kandungan rosella hitam dapat menghambat dan mematikan sel kanker, mencegah pengapuran tulang, memperlambat menopause, dan menurunkan kadar kolesterol.


Manajemen Laboratorium

Posted on September 6, 2013 by guspem
Laboratorium adalah bagian integral dari bidang akademik (bukan bagian dari rumah tangga atau administrasi), maka manajemen laboratorium perlu direncanakan seiring dengan perencanaan akademik (program dan anggarannya). Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah yang membanggakan, yang tak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya. Sehingga bagi perguruan tinngi yang bermutu, laboratorium menjadi bagian yang dikedepankan.
Manual Prosedur Pengelolaan Laboratorium adalah serangkaian tindakan yang harus dilakukan oleh pengelola laboratorium agar penjaminan mutu laboratorium bisa dilaksanakan dengan baik. Tindakan-tindakan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan penyempurnaan laboratorium.
 Pengelolaan Laboratorium Bermutu
 Pengelola laboratorium di Unilah adalah: (1) kepala laboratorium, (2) teknisi, (3) laboran, dan (4) petugas kebersihan. Rincian syarat, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing pengelola laboratorium diuraikan di bawah ini.
Prosedur pengelolaan laboratorium adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pengelola laboratorium agar laboratorium yang dikelolanya bermutu. Langkah-langkah tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan penyempurnaan (P4). Pada tahap perencanaan, pengelola laboratorium harus melakukan hal-hal di bawah ini:
MANAJEMEN LABORATORIUM
1. Usaha Dalam Pengelolaan Laboratorium
           Pengelolaan laboratorium adalah kegiatan menggerakkan sekelompok orang (sdm),keuangan, peralatan, fasilitas dan atau segala obyek fisik lainnya secara efektif dan efisienuntuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu yang di harapkan secara optimal.Pengelolaan laboratorium secara umum meliputi aspek:
• Perencanaan yaitu proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis tentang kegiatanyang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, sdm, tenaga, dan dana yang dibutuhkanuntuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
• Penataan alat dan bahan yaitu proses pengaturan alat / bahan di laboratorium agar tertata dengan baik
.• Pengadministrasian laboratorium yaitu suatu proses pencatatan atau inventarisasifasilitas dan aktifitas laboratorium.Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitasdan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis
.• Pengamanan,perawatan dan pengawasan.

Manajemen laboratorium, dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan laboratorium.
Manajemen Penggunaan Laboratorium
Setiap penggunaan laboratorium baik untuk praktikum maupun penelitian harus menyerahkan terlebih dahulu jadwal penggunaannya sehingga tidak terjadi tumpang tindih jadwal penggunaan laboratorium. Selain itu pengguna laboratorium harus memakai peralatan laboratorium seperti jas, masker dan sarung tangan (jika diperlukan) dan mengikuti prosedur peminjaman alat dan permintaan bahan yang berlaku di laboratorium.
Fungsi Laboratorium
            Secara umum fungsi semua laboratorium  adalah antara lain :
  • Sebagai tempat dilakukannya percobaan Alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum tidak mungkin semuanya diletakkan dalam kelas, oleh karena itu percobaan dilakukan di dalam laboratorium.


  • Sebagai tempat penunjang kegiatan kelas Dengan adanya kegiatan pembalajaran di laboratorium, mahasiswa dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam percobaan secara langsung dan tidak hanya belajar menurut teori-teori yang ada.
  • Sebagai tempat display / pameran Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat pameran atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan, agar memberi gambaran lebih bagi mahasiswa dan dapat memotivasi untuk penelitian atau percobaan yang lebih baik.
  • Sebagai tempat koleksi sejumlah species langka Dengan adanya koleksi sejumlah species memudahkan mahasiswa mengamati secara langsung spesies yang mungkin sulit untuk menemukannya.
  • Sebagai museum kecil Hasil-hasil  penelitian dan sejumlah species langka di kumpulkan dan diklasifikasikan, sehingga laboratorium dapat digunakan sebagai museum kecil.
Adapun tujuan proses pembelajaran di laboratorium bagi siswa maupun mahaiswa/mahasiswi   yaitu :

  • Teliti dalam pengamatan dan cermat dalam pencatatan pada saat pengamatan
  • Mampu menafsirkan hasil percobaan untuk memperoleh penemuan dan dapat memecahkan masalah
  • Mampu merencanakan dan melaksanakan percobaan
  • Terampil menggunakan alat-alat lab
  • Tumbuh sikap positif terhadap kegiatan praktikum

Fungsi Darah dan Komposisi Darah,

Kali ini kita akan membahas tentang mengenai Fungsi Darah dan Komposisi Darah,

Darah adalah jaringan yang sangat penting di dalam tubuh makhluk hidup karena ia memegang peranan yang sangat vital, yaitu sebagai media transpor nutrisi dan oksigen kepada semua jaringan tubuh agar dapat melakukan metabolisme.

Pada manusia atau mamalia, volume darahnya sekitar 8% dari berat badannya. Contoh seseorang yang berat badannya 50 kg, berat darahnya lebih kurang 0,08 × 50 kg liter darah. Kira-kira volume darah dalam tubuh yang mempunyai massa 50 kg adalah 4 liter.

Fungsi darah di dalam tubuh yaitu:

  • Sebagai media transportasi nutrisi dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh agar dapat melakukan metabolisme untuk menghasilkan ATP.
  • Membawa karbon dioksida dan sisa metabolisme untuk diekskresi.
  • Membawa hormon dari tempat produksinya ke organ target.
  • Menjaga/mempertahankan suhu tubuh karena darah yang berada dalam arteri memiliki panas.
  • Sel darah putih sebagai pertahanan tubuh dari infeksi mikroorganisme.
  • Mengatur keseimbangan asam basa untuk menghindari kerusakan jaringan dengan menggunakan hemoglobin, oksihemoglobin, bikarbonat, fosfat, dan protein plasma.


Sel-sel Darah

Sel-sel darah dibedakan menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit).

a. Sel darah merah

Sel darah merah adalah penyusun jaringan darah terbesar. Pada wanita, jumlahnya sekitar 4,5 juta/mm3 darah, sedangkan pada laki-laki sekitar 5 juta/mm3 darah.


Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, serta ketebalan di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm. Sel darah merah pada orang dewasa dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada embrio, sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa.



Warna sel darah merah disebabkan karena pigmen merah yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap O2. Dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh untuk dibuang ke luar tubuh melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut karbominohemoglobin.


Eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

b. Sel darah putih

Sel darah putih adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi luar. Saat terjadi luka, maka sel darah putih akan berkumpul di tempat luka yang merupakan jalur masuk bagi bakteri dan virus. Saat ada bakteri atau virus yang masuk, maka sel darah putih akan melakukan pola penyerangan yang hasilnya akan menimbulkan nanah. Nanah itu sendiri merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, mikroorganisme, sel tubuh sekitar, dan cairan tubuh.


Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh.

Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit.

Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopenia, sedangkan kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis.

Sel darah putih dibentuk di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.

1) Granulosit (leukosit bergranula)

  • Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya sering kali berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan jaringan mati.
  • Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarnamerah tua bila ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
  • Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadiinfeksi, bersifat fagosit, mengandung heparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.



2) Agranulosit (leukosit tidak bergranula)

  • Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi.
  • Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.



c. Sel pembekuan

Di dalam darah terdapat protein (trombin) yang larut dalam plasma darah yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang. Fibrin ini akan membentuk anyaman dan terisi keping darah, sehingga mengakibatkan penyumbatan dan akhirnya darah bisa membeku.

Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh. Trombosit ikut keluar juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim) yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah protrombin menjadi enzimaktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut dipengaruhi ion kalsium (Ca2+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung globulin. Zat ini merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya dibantu oleh vitamin K.
Trombin yang terbentuk akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup sehingga darah tidak mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein yang larut dalam darah.

Cairan darah (plasma darah)

Plasma merupakan cairan yang menyertai sel-sel darah. Plasma ini berwarna kekuning-kuningan. Plasma darah manusia tersusun atas 90% air dan 10% zat-zat terlarut. Beberapa zat tersebut antara lain seperti berikut.

  1. Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa, gliserin, asam amino, asam lemak, kolesterol, dan garam mineral.
  2. Zat hasil produksi dari sel-sel, antara lain enzim, hormon, dan antibodi.
  3. Karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.
  4. Protein, terdiri atas:

  • antiheofilik berfungsi dalam pencegahan terjadinya anemia;
  • tTromboplastin berfungsi untuk proses pembekuan darah ketika terluka;
  • protrombin yang berperan penting dalam proses pembekuan darah;
  • fibrinogen yang juga berperan penting dalam proses pembekuan darah;
  • albumin yang berperan menjaga keseimbangan tekanan osmotik darah;
  • gammaglobulin berguna dalam pembentukan antibodi.